Spread the love

Terbukti dari Polemik Kebudayaan yang disunting oleh Achdiat K. Mihardja (1977), kepedulian masyarakat Sastra Indonesia terhadap sejarah kebudayaan, termasuk Periodisasi Sastra, sudah disadari sejak tahun 1930-an, ketika Periodisasi Sastra Indonesia pertama kali mulai berkembang. Meskipun perdebatan antara S. Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, Poerbatjaraka, M. Amir, Ki Hadjar Dewantara, Adinegoro, dan lain-lain tidak secara langsung membahas gagasan sastra Indonesia, namun hal itu menunjukkan pengetahuan mereka tentang budaya masa lalu tanah air.

Periodisasi Sastra Indonesia Halaman all - Kompas.com

Ide, emosi, dan pengalaman tertulis tercermin dalam sastra, yang berfungsi sebagai cerminan tertulis dari masyarakat manusia. Periodisasi Sastra telah berubah seiring berjalannya waktu untuk mencerminkan pergeseran sosial, politik, ekonomi, dan budaya, serta perubahan dalam masyarakat dan bidang lainnya. Gagasan periodisasi sastra diperlukan sebagai kerangka untuk mengkaji dan memahami karya Periodisasi Sastra guna memahami perkembangan dan evolusi sastra.

Memahami Periodisasi Sastra

Periodisasi Sastra mengacu pada pembagian pertumbuhan sastra ke dalam periode sejarah yang berbeda berdasarkan atribut tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap siklus waktu, atau zaman, mempunyai kualitas yang berbeda dengan siklus lainnya.

Tatanan Karya Sastra Indonesia

Teknik pengelompokan karya sastra ke dalam berbagai periode menurut ciri-ciri khasnya pada setiap masa disebut Periodisasi Sastra. Klasifikasi ini mencakup unsur kontekstual yang berdampak pada proses kreatif penulis, seperti topik, gaya penulisan, nilai budaya, dan pergeseran masyarakat, selain pertimbangan temporal.
Periodisasi Sastra memberikan ciri-ciri unik pada setiap periode yang membedakannya dari periode lainnya. Era-era ini dapat dikategorikan menurut interval waktu, peristiwa-peristiwa penting, atau pergeseran dalam sejarah sastra dalam hal Periodisasi Sastra.

Periodisasi Sastra Sejarah

  • Sastra Klasik

Era awal sejarah sastra manusia dikenal dengan sastra klasik. Mayoritas karya sastra klasik berasal dari masyarakat kuno seperti Mesir, Yunani, dan Roma. “Iliad” dan “Odyssey” karya Homer, serta “Epic Mahabharata” dan “Ramayana” dari India kuno, adalah contoh Periodisasi Sastra klasik. Periodisasi Sastra sering kali membahas topik-topik mitos dan teologis serta dibedakan berdasarkan bahasanya yang unik.

  • Sastra dari Abad Pertengahan

Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi, sastra abad pertengahan muncul dan berkembang sekitar abad kelima hingga kelima belas Masehi. Feodalisme dan Kristen berdampak pada Periodisasi Sastra era ini. Puisi epik seperti “Divine Comedy” karya Dante Alighieri dan “Canterbury Tales” karya Geoffrey Chaucer adalah karya sastra populer selama periode ini. Sastra rakyat, yang sering disebarkan secara lisan, adalah nama lain dari Periodisasi Sastra abad pertengahan.

  • Humanisme dan Renaisans

Selama Renaisans Eropa, yang berlangsung sekitar abad ke-14 hingga ke-17, kecerdasan manusia berkembang pesat. Dengan Renaisans, umat manusia sekali lagi mencurahkan perhatiannya pada individu selama revolusi Periodisasi Sastra dan seni. Tulisan Michel de Montaigne dan “Romeo and Juliet” karya William Shakespeare adalah dua contoh sastra Renaisans yang terkenal. Teori humanis juga mulai terbentuk pada periode ini, menekankan pada akal dan otonomi pribadi.

  • Pencerahan

Abad ke-17 dan ke-18 di Eropa menyaksikan perkembangan pesat pemikiran logis, ilmiah, dan filosofis selama Periode Pencerahan.Periodisasi Sastra era ini sering membahas konsep-konsep seperti pengetahuan, kesetaraan, dan kebebasan. Karya klasik pencerahan seperti “Candide” oleh Voltaire dan “Emile” oleh Jean-Jacques Rousseau sangat terkenal.

  • Romantisme

Sebuah gerakan Periodisasi Sastra dan seni yang dikenal sebagai romantisme muncul pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Periodisasi Sastra ini sangat menekankan kebebasan emosional, keindahan alam, dan ekspresi sentimen diri. Novel romantis sering kali menampilkan tema cinta, kesepian, dan keindahan alam. Novel “Frankenstein” karya Mary Shelley dan puisi “Ode to a Nightingale” karya John Keats adalah dua contoh sastra romantis.

  • Naturalisme dan Realisme

Seni realistik dan naturalistik berkembang pada tahun 1800-an dan dicirikan oleh penggambaran kehidupan sehari-hari yang jujur dan akurat. Periodisasi Sastra yang bersifat naturalistik dan realistik cenderung menggambarkan kehidupan sosial dan permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini. Novel “Germinal” karya Émile Zola dan “Madame Bovary” karya Gustave Flaubert adalah contoh sastra realistik dan naturalistik.

  • Kontemporer

Modernisme awal abad ke-20 adalah gerakan Periodisasi Sastra dan seni di mana penulis bereksperimen dengan bentuk dan gaya penulisan baru sambil juga mempertanyakan norma-norma yang sudah ada. Karya Periodisasi Sastra penulis modernis sering kali berbentuk rumit dan eksperimental. Karya sastra modernis termasuk T.S. “Ulysses” karya Eliot dan James Joyce.

  • Gerakan postmodernis

Sejak pertengahan abad ke-20 hingga saat ini, postmodernisme telah menjadi gerakan Periodisasi Sastra dan budaya. Gerakan ini mempertanyakan konsepsi tentang realitas, identitas, dan kebenaran. Periodisasi Sastra postmodern seringkali memadukan beberapa genre dan teknik penulisan. “Beloved” karya Toni Morrison dan “Gravity’s Rainbow” karya Thomas Pynchon adalah dua contoh sastra postmodern.

Kesimpulan

Periodisasi Sastra menawarkan kerangka penting untuk memahami bagaimana Periodisasi Sastra manusia telah berubah sepanjang waktu. Setiap zaman kesusastraan dalam sejarah mempunyai ciri-ciri berbeda yang mencerminkan iklim politik, sosial, dan budaya pada masa itu. Periodisasi Sastra mengalami tahap pertumbuhan, seperti halnya masa kanak-kanak. Era perkembangan Periodisasi Sastraa tidak akan berkembang sempurna jika tidak dibatasi. Sastra akan selalu menjadi jendela zaman melalui gagasan dan kreasi pengarangnya. Sastra era 1970-an mempunyai kualitas yang melampaui norma-norma normatif.

Periodisasi Sastra sepanjang tahun 1980-an dan awal 1990-an mempunyai karakter yang mengimbangi arus budaya populer. Sejak tahun 2000-an dan seterusnya, Periodisasi Sastra sekali lagi menghasilkan beragam permata, mulai dari yang populer, kritis, introspektif, hingga erotika dan lelucon.